MusicPlaylistView Profile
Create a playlist at MixPod.com
Gazette Pledge gif Pictures, Images and Photos

Minggu, 17 Juli 2011

[Fanfic] Wakaremichi

Title: wakaremichi
Chapter: 1 shot
Author: -Keka-
Finished: 09 Sep 2008
Genre: drama komedi garink
Fandom: Jrock – Gazette
Special guest: Dekith aka Yune
Rating: 13+ (ada sedikit issue BL)
Note: untuk cinta lamaku yg terlupakan… where r u now beibii???

Enjoy this fic beibeeh…


the GazettE salah satu band visual Jrock yang namanya cukup dikenal bahkan menjadi salah satu band Jepang pentolan visual kei hasil cetakan PSCo. yang sangat digandrungi oleh pecinta-pecinta musik Jrock di dunia saat ini. Jauh dari itu semua, sebelumnya gazette hanyalah sekumpulan pemuda-pemuda Jepang yang sangat menyukai musik dan ingin menciptakan musik.

Lepas dari ketenaran Ruki, Uruha, Aoi, Reita dan Kai. Ada satu nama yang sebenarnya berperan sangat penting menyatukan mereka. Seseorang yang mungkin saat ini nama serta keberadaannya mulai dilupakan.

Laki-laki itu masuk ke sebuah toko kaset yang cukup terkenal. Dipandangnya deretan CD musik band-band Jrock. Sesaat ia tampak menarik senyumnya saat melihat deretan CD dari sebuah band yang dulu sempat menjadi tempatnya bernaung.

Yune sedikit tidak mengerti alasan mereka mengubah nama Gazette menjadi the GazettE. Mungkin hanya untuk terlihat dan terdengar lebih keren aja di kancah internasional. Yah bagaimana pun juga saat ini Gazette sudah lebih dipandang melalui kacamata internasional bukan lagi kacamata lokal yang sering di dagangkan di lapak lapak Tanah Abang.

Mungkin ada sedikit penyesalan dalam benak Yune setelah keputusannya meninggalkan gazette, mengingat saat ini band itu menjadi sangat besar. Coba kalo dulu dia gak grasak grusuk dan bisa berpikir pake kepala dingin sedingin batu es yang dicampur ma sirup marjan. Pasti sekarang bakal banyak cewek dan cowok yang lebih menggilainya. Dilihat dari ujung kepala sampe ujung jempol juga si Yune yang dibawah ini....
 
Jauh lebih cuanteeekk daripada Uruha yang ini... XD
 
Tapi akhirnya Yune kembali tersenyum. Mungkin memang sudah jalannya ia keluar dan pada akhirnya band itu menjadi lebih digandrungi. Belum tentu dengan keberadaannya, gazette akan menjadi sebesar seperti sekarang ini.

Yune berusaha berbesar hati, meskipun ia masih menyimpan beberapa sen kekeselan pada cecucunguk-cecunguk tengik gazette itu.

Sebenarnya apa yang menyebabkan Yune lengser dari posisinya sebagai drummer gazette???

Yak mari kita simak fanfic berikut ini...

Warning: just fiction

Yune mendadak meriang dan gak enak bodi. Padahal hari ini La’deathopia, bandnya ada acara manggung kecil-kecilan. Yah sekelas acara manggung kecoak aja sih. (Keka: gomen klo salah nulis nama bandnya Yune, Keka lupa sih)

Sepertinya Yune mengidap penyakit berbahaya yang bahkan hanya orang pintar yang bisa minum obatnya. Yune merasa dirinya tidak cukup pintar untuk minum obat ramuan mujarab dari sebuah perusahaan jamu terkenal di bilangan negara sebelah tenggara dekat Australia itu.

Memangnya apa nama obat mujarab tersebut???

Ya apalagi kalo bukan tolak angin.

Ingat, orang pintar minumnya tolak angin.

Dan karena Yune merasa punya tingkat kebodohan yang cukup luar biasa, jadi dia hanya minta emaknya untuk ngerokin punggungnya aja pake duit benggol dan balsem balpirik.

Hari itu Yune meminta Kai untuk mengunjunginya. Jarang-jarang kedua drummer itu bertemu meskipun mereka tergabung dalam band yang sama. Aneh kan ngeliat band punya 2 drummer?!

Ya gak aneh, soalnya Kai itu cuman drummer cabutan. Ya gini ni kasusnya... kalo Yune gak bisa nongol karena mendadak masuk angin atau bisulan, nah si Kai deh yang gantiin dia.

Tapi karena Kai itu pikunan, jadi mau gak mau Yune berulang kali mengingatkan manusia satu itu.

“Inget Kai, hari ini La’deathopia manggung.”

Kai manggut-manggut mendengar ucapan Yune yang tiduran di tatami dengan tubuh berbungkuskan sarung cap gajah duduk, serta sekujur badan dan muka yang ditempelin koyo salonpas.

“Lu napa sih Yune?” Tanya Kai sambil masang muka sok innocen.

“Gw capek nih Kai jadi drummernya La’deathopia. Lu aja deh yang full gantiin gw.” Ujar Yune malas-malasan.

Kai menolak. “Ogah ah, gw kan masih gabung di band lain. Lu kalo mo cabut ya cabut aja.”

Yune mikir-mikir... ‘bener juga ya si pikun ini...’

Lalu tanpa menunggu lama, Yune akhirnya memutuskan keluar dari band itu. Sejak itu pula intensitasnya bertemu Kai semakin jarang.

Tapi ia bertemu manusia aneh lain. Tampangnya mirip preman yang demen malakin anak-anak sekolahan. Itu kalo lagi gak mandi, tapi kalo lagi mandi.. orang itu berubah seperti layaknya gigolo yang demen nemenin tante tante dan om om ganjen.

Namanya Shiroyama Yuu alias A.O.I. Kesan Yune terhadap orang satu itu adalah dingin. Yune berusaha gak bicara banyak dengan kang mas Aoi itu. Tapi di lain kesempatan, Aoi sepertinya berusaha mengakrabkan diri dengannya dan mengajaknya membicarakan masalah politik

Padahal menurut Yune.. Aoi juga gak pinter-pinter amat, tapi anehnya kok maksa ngajak ngomong politik. Walaupun ujung-ujungnya si Aoi malah bertanya begok pada Yune... “Ano.. tokoro de.. perdana mentri Jepang saat ini siapa ya...??”

Yune nyengir dan dengan santainya menjawab... “Osama bin Laden.”

Dan bodohnya lagi, si Aoi percaya-percaya aja. XD (Keka: just piktip^^)

Selang beberapa waktu.. Yune dan Aoi akhirnya bisa akrab. Yune sebenarnya sangat mengagumi skill Aoi dalam bermain gitar. Tapi kadang kala Yune juga mengernyitkan dahi melihat gaya bermain gitar Aoi yang kadang over act.

Sayang sekali kebersamaan mereka gak berlangsung langgeng. Lagi-lagi band mereka bubar dan Yune memutuskan mencari band lain.

Saat itulah Yune melihat sepasang sejoli lagi asik sepayung berdua di tengah rintik hujan. Si cewek tampak anggun dengan rambut panjang dan body slim cihuuii-nya. Sebaliknya, si cowok yang sedikit lebih pendek tampak kurang terawat.

Pandangan pertama itu tidak membuat kesan yang dalam pada diri Yune. Sampai akhirnya ia bertemu lagi dengan 2 sejoli itu di studio band.

Ternyata mereka hanya berteman. Dan tentu saja mereka sama-sama cowok.

Reita bercerita kalo Uruha adalah temannya sejak kecil. Dan waktu kecil mereka pernah sama-sama main bola di lapangan belakang rumahnya pak RT waktu hujan deras mengguyur. Oleh karena mereka anak-anak kecil yang norak, jadi dengan pedenya mereka main bola di tengah guyuran hujan cuman dengan mengenakan kolor pink bergambar superman aja.

Menurut Reita, diem-diem Uruha itu ternyata narsisnya amit amit jabang bayi kadal. Kalo di depan orang banyak si Uruha memang tampak kalem dan cenderung jaim. Tapi di belakang itu, Uruha sebenarnya sangat amat mengagumi bentuk tubuhnya, tatanan rambutnya, bentuk bibirnya, bentuk hidungnya dan segala yang ada padanya. Sadar potensi banget deh pokoknya.

“Kok lu tau Rei?” Tanya Yune begitu Reita selesai menggosipkan Uruha yang waktu itu lagi asik ngupil di pojokan studio.

“Gw kan satu apartemen ma kunyuk itu.” Tunjuk Reita pada Uruha dengan suara bisik-bisik.

Yune manggut-manggut. “Enak dong lu bisa berbuat hal macem-macem ma dia.”

Reita berjengit. “Hee?!! Macem-macem apa maksud lu??”

Dengan polos Yune menjawab. “Makan bareng, nonton tipi bareng, maen game bareng dan ngobrolin musik bareng,”

“Ooooooo... itu toh~” Reita cengar-cengir. Dipikirnya Reita, si Yune membayangkan dirinya dan Uruha berbuat hal yang... hnnngg... ya yaa.. gitu deh ^^

Lagi asik-asiknya Reita dan Yune bergosip, tiba-tiba muncul mahkluk chibi nan imud yang gak tau napa kok mendadak berdandan ala bocah-bocah hip hop.

“Oi Kaede, darimana aja lu hari gini telat?” Tanya Reita.

Si imud itu menjawab. “Don kol mi wit Kaede! Now, aiem Ruki yu kenow!!”

Reita garuk-garuk pala.. dalem ati... ‘napa ni anak jadi gilak?? Lepas dari hikikomori.. eh sekarang malah jadi ikikokumurkumur..’

“Lu sok berenggrish enggrish sgala. Bahasa enggrish aja geblek gitu.”

Ruki cuek dan malah tampak menyibukkan diri menyanyikan.. ato lebih tepatnya menggumamkan sesuatu -mirip orang kumur kumur- lagu rap yang lagi in.

Reita kembali menghadap Yune yang sama bingungnya. “Ya dia Kae.. err.. maksud gw.. Ruki. Lu denger sendiri kan kalo dia nyebut dirinya Ruki?!”

Yune kembali manggut-manggut.

Dan sejak itu mereka bareng-bareng dalam satu band. Tapi ya.. lagi-lagi gak bertahan lama.

Yune gabung band lain, dan dua sejoli serta Ruki membentuk band sendiri.

Tapi lagi-lagi gak butuh waktu lama, mereka berempat kembali bertemu setelah band mereka sama-sama bubar.

Uruha memeluk Yune yang sama chibinya seperti Ruki. Gemes dia liat mahkluk imud imud.

Ngobrol sedikit sedikit akhirnya menjadi menjadi bukit, dan mereka sepakat membentuk band bareng yang solid.

Awalnya Yune sebagai vokalis dan Ruki sebagai drummer. Tapi tampaknya Yune menyadari kalo potensi Ruki di posisi vokal jauh lebih gede daripada dirinya. Makanya dia memutuskan bertukar posisi dengan Ruki.

“Lu kan demen nyanyi, Ruki. Jadi lu aja yang jadi pokalis.”

Ruki manggut-manggut tanda setujuh dengan ucapan Yune.

“Tapi kita butuh gitaris lain niy.” Tiba-tiba Reita nyeletuk.

“Emang napa dengan gw Rei?!! Gw sendiri udah cukup kok.” Suara Uruha terdengar agak sewot.

“Bu- bukan gitu sih Uru.. ta- tapi kan kalo gitarisnya 2 lebih oke.”

“Iya Reita bener! Lima orang porsinya lebih pas daripada empat orang. Kan jadi berasa kayak backstreet boys.”

Reita menimpuk pelan kepala Ruki. “Kita ini mo bikin band ROCK!! Bukan boiben dodol!!”

Ruki nginyem, sedangkan Yune tiba-tiba kepikiran sebuah nama.

“Kalian tunggu sini ya... gw mo cari gitaris lain.”

Dengan semangat 45, Yune melesat bak roket.
Dihampirinya seorang teman lama berbibir ekstra yang waktu itu lagi asik nyuci piring sambil mendendangkan lagu Nurlela~

“Aoi!!”

Nyaris aja Aoi menjatuhkan piring yang dicucinya saat mendengar Yune memanggilnya.

“Nani?”

“Mo ikut ngeband bareng gw gak?! Daripada lu nyuci piring kek gini.”

Aoi pura-pura berpikir. Jual mahal dan sok jaim dulu. “Jaminan gak niy gw bakal terkenal?”

“Sip, dijamin lu bakal terkenal.”

Wajah Aoi berbinar-binar. “Serius lu?!”

“Iyah serius!! Lu bakal terkenal di kalangan monyet monyet Afrika.”

Aoi mangap siap protes, tapi Yune lebih dulu membekap mulut manjunya dan menyeret Aoi ke hadapan teman-temannya yang lain.

“Kenalin, ini Aoi.” Seru Yune pada Reita dan Uruha yang berdiri menyamping berdua. Posenya mirip persis kayak duo penyanyi dangdut kembar srikandi.

Aoi dengan malu-malu kambing menjabat tangan Reita kemudian berganti menjabat tangan Uruha seraya membungkukkan badannya. Dalam pikirannya.. ia menganggap Uruha keren dan seandainya Uruha cewek... Aoi pasti akan..

Yak lupakan itu. Ntar kalo diungkapkan bisa jadi bahan gosip berkepanjangan.

Tapi secara gak sadar sebenarnya keputusan Aoi mau diajakin gabung Yune dalam bandnya adalah lebih banyak karena Uruha.

Aoi pengen bisa ngegitar bareng sama si cantik itu.

“Tapi ngemeng ngemeng.. pokalisnya sapa ya ini??” Tanya Aoi sedikit bingung.

Yune juga tampak celingak-celinguk mencari Ruki.

“Mana tu anak?”

Reita dan Uruha menunjuk arah drumset. Rupanya Ruki lagi asik maenan ma kecoak buntung di deket pedal drum.

“Ruki ngapain lu? Ayo sinih!”

Ruki menengadah dan nyaris ngesot menghampiri Yune.

“Aoi, ini pokalis kita. Ruki.”

Aoi mangap. Dia gak nyangka kalo anak kecil yang dari tadi diliatnya lagi maenan kecoak di dekat pedal drum itu adalah manusia. Tadinya Aoi berpikir kalo si Ruki itu tuyul penunggu studio. Makanya Aoi berusaha cuek-cuek aja.

“Jangan kelewatan Aoi, mana ada tuyul yang imutnya kayak gini.” Reita ngelus-elus pala Ruki. Tapi Ruki bukannya seneng, malah sebel karena ngerasa diperlakukan Reita kayak anak kecil.

Tanpa banyak omong lagi, akhirnya mereka sepakat membentuk band dengan nama Gazette. Tanpa embel-embel ‘the’ dan ditulis dalam hurup katakana. Artinya sendiri bukan ‘surat kabar’ melainkan plesetan dari ‘casette’

Dimulailah hari-hari gazette sebagai indie band dari indie label bernama Matina. Meskipun merayap-rayap, namun basis fans gazette sendiri semakin bertambah dari hari ke hari. Terbukti dengan dirilisnya 2nd press dari Wakaremichi.

Namun ada satu yang mengganjal di hati Yune, selain kenyataan bahwa label rekaman mereka niat mau gulung tikar.

Sore itu Yune yang setelah cukup lama gak ngobrol-ngobrol bareng Kai, akhirnya menyempatkan waktu sharing problemo dengan Kai.

“Napa lagi lu? Masuk angin lagi?!” Tanya Kai waktu ngeliat muka Yune yang memucat.

“Helep mii Kai~”

“Mo pinjem duit ya?? Sori la yaw~ gw miskin. Gw niat ngeband demi hasrat terpendam punya restoran tapi eh... malah bangkrut gini.” Kai mendadak ikutan masang tampang ngenes. “Bukannya lu cukup seneng ma bandmu yang sekarang ini?”

Yune manggut-manggut. “Tapi gw capek Kai... lu bayangin dong.. hari-hari si Reita ngutang mulu ma gw, padahal gw juga tekor gara-gara ikutan nyumbang duit demi ngerilis single. Trus di band gw ada orang yang namanya Uruha. Gw sebel setengah gila karena tu orang hari-hari kerjaanya mabok mulu~ mana kalo dah mabok dia kayak lupa daratan pulak.”

“lupa daratan??!! Berarti kalo mabok dia langsung nyebur ke laut dong maenan ma cumi cumi?!”

“Bukan itu Kai, tapi si Uruha tu sewenak udel aja maen grepe grepe gw kalo dia udah mabok. Untung aja sampe sekarang gw masih sanggup mempertahankan kevirginan gw.”

“Hee?? Nyang bener?!!”

Yune mengangguk lemess~

“Kalo terus-terusan kek gini... gw gak kuat Kai... mana si Ruki kumat-kumatan.. kadang heboh.. tapi kadang-kadang... diajakin ngomong.. eh dia malah ngumpet di lemari maenan ma kodok.”

“Trus temen lu satunya..”

“Aoi maksud lu?! Dia sih kalo diajakin ngomong gak nyambung Kai. Gw susah kalo ngomong ma dia. Mana mukanya serem gitu.”

Kai tampak prihatin ngeliat temennya satu itu. “Jadi lu mo cabut lagi niy ceritanya??”

Yune geleng-geleng. “Bingung Kai~ di satu sisi... gazette ini band yang paling gw banget, tapi di sisi lain... kayak yang gw bilang tadi itu...”

“Ya apa boleh baut Yun, keputusan sepenuhnya ada di tangan lu. Jalan yang lu pilih... pasti itu yang terbaik buat lu...”

Mendengar kata-kata Kai, Yune jadi makin mantebs ngambil keputusan.

Dia harus keluar dari gazette.

Bukan untuk kebaikannya semata tapi untuk kebaikan gazette ke depannya.

Saat mengambil keputusan itu... mendadak Yune mendengar wakaremichi berkumandang dan tanpa sadar air matanya sedikit menetes..

Sori pren... gw cabut..

~ ~ ~

Kepergian Yune menyisakan rasa sesek napas dan asam urut di tubuh gazette, apalagi label indie mereka akhirnya bangkrut dan mereka jadi luntang lantung kek lutung butung nyemplung di karung.

Tapi tak di duga tak dikira.. sembilan hari kemudian... muncullah bak malaikat bersayap.. seseorang berlesung pipi yang gak bisa enggak setiap dua menit pasti ketawa.

“halo minna.. kenalin gw Kai... temennya Yune.”

Empat gazette pada nengok dan bingung ngeliat ada orang sok sok kenal di hadapan mereka. Ngaku-ngaku temennya Yune pulak.

“Mo ngapain lu kemari?” Tanya Aoi. Niatnya ramah, tapi kedengarannya kok sengak ya...

“Kata Yune.. kalian butuh drummer.. gw mo daptar gitu...”

Empat gazette saling berpandangan dan sibuk diskusi sambil bisik-bisik.

“Keknya tu orang kirimannya Yune, mungkin dia ngerasa bersalah udah ninggalin kita.. makanya dia nyuruh orang cengengesan itu kemari buat jadi penggantinya.” Ujar Reita.

“Tapi orangnya gak meyakinkan gitu.. gw ragu kalo dia beneran bisa maen drum.”

Ruki setuju dengan ucapan Uruha.

“Gimana kalo kita tes aja?” Usul Aoi.

Dan semuanya sepakat.

Kai sih gak masalah dengan prosedur tes mengetes. Mo di tes maen drum kek, maen angklung kek, maen gendang kek... sampe mukul bedug juga bakal dijabaninnya.

Dan lihatlah siapa yang terakhir mangap...

Empat cecunguk itu nyaris gak bisa ngatupin rahang mereka. Kai lah orang yang mereka cari dan butuhkan. Semangat ngedrumnya, aura wajah bahagianya waktu ngedrum sampe bunyi luar biasa yang dihasilkan dari gebukan tangan dan injakan pedalnya. Perfect.

“Lu lulus jadi drummer kita.” Seru Ruki yang diamini oleh Reita.

Tapi Kai terlihat mendadak ogah-ogahan... “setelah gw pikir pikir... gw kok.. jadi gak minat ya ma band ini... apalagi sebelumnya kalian ngeraguin kemampuan gw.” Kai sok sok jual mahal, padahal sebelonnya dia nyaris ngobral supaya diterima keempat gazette.

Keempat gazette dalem ati... ‘sontoloyo juga niy orang.’

Tapi gak ada yang bisa mereka lakukan selain nyaris mengemis pada Kai.

“Mau ya yaa.. jadi drummer kita... kita pijetin deh pundaknya biar gak pegel. Kalo perlu kita servis gratis pedicure manicure plus creambath.” Brasa di salon.

Kai pura-pura mikir lama... asik aja ngeliatin keempat orang itu mengiba padanya. Dan setelah nyaris dua jam jemur gigi, akhirnya Kai setuju.

“Tapi dengan syarat.”

“Syaratnya?” Tanya ke4 gazette berbarengan.

Kai nyengir-nyengir dulu sebelum menjawab...

Lalu 4 tahun kemudian...

Kai kembali bertemu Yune yang waktu itu lagi asik nongkrong di sebuah kafe.

“lu akhirnya betah juga ma mereka Kai.” Yune membuka obrolan.

“Kai geto loh~ mereka sih cetek naklukinnya.”

“gw denger lu malah jadi leader mereka.”

Kai kembali cengar-cengir. “Ya jadi ceritanya... sesuai anjuran lu.. gw langsung datengin mereka. Dan bener dugaan gw.. mereka lagi putus asa. Makanya langsung aja gw tunjukin kemampuan maksimal gw.”

“Trus mereka langsung setuju lu gabung?”

Kai manggut. “mereka pake ngemis-ngemis ke gw pulak. Makanya gw mampatin kesempatan itu. gw kan gak mau tertindas kayak lu... makanya gw ajukan syarat.”

“Syaratnya?”

“simple aja. Gw mo jadi drummer mereka kalo mereka ngangkat gw jadi leader. Beres kan.”

Yune sedikit terpukau. Gak nyangka kalo Kai yang cengengesan ternyata otaknya bisa encer juga.

“Jadi kalo gw leadernya... otomatis mereka semua bakal tunduk ma gw. Brani macem-macem bakal gw libas.” Kai berujar bangga dan terlihat ngesok sekaligus kampungan. Tanpa disadarinya..

Keempat gazette sudah berdiri manteb di belakangnya.

“siapa yang bakal lu libas Kai?!!!”

Kai masih cengar-cengir tanpa prasangka. “Ya siapa lagi kalo bukan si pesek Reita, si mesum Aoi, si laknat Uruha dan si manusia sok imud Ruki.” Kai ketawa ngakak. Masih gak sadar dengan siapa dia baru bicara.

Keempat gazette di belakangnya sudah siap dengan kepalan tangan dan persiapan otot bisep mereka.

“Jadi lu mo ngelibas kita HAH?!!! BRANI LU YA NGOMONG GITU?!!!!”

Kai nengok ke belakang dan terkejut setengah mampus ngeliat tampang-tampang Ruki, Aoi, Uruha dan Reita yang siap menjadikannya santapan makan malam.

“Err.. kalian kok disini... bu- bukannya seharusnya kalian...”

“Seharusnya apa HAH?!!! LU YANG SEHARUSNYA ADA DI STUDIO BANTUIN KITA MIKIR MATERI LAGU BARU!!!! DASAR BLEGUK!!!!!”

Kai cuman bisa minta minta ampun waktu keempat gazette sukses menjadikannya sasaran pukul. Di belakangnya.. Yune cuman bisa mesem..

Ternyata keputusannya keluar dari gazette memang tepat. Bakal tambah pendek dia kalo terus-terusan dijadiin sasaran baku hantam seperti Kai.

Dan yang lebih penting daripada itu adalah...

Memang Kai lah yang cocok sebagai drummer gazette dan menjadi penyeimbang dari kekakuan beberapa personilnya.

~Wakaremichi Finish~

Yune: “Tapi gw yakin si Keka bakal lebih cinta gw drpd Kai kalo gw tetep di gazette. Gak di gazette aja gw diinget inget terus sampe dibikinin fanfic.”
Kai: “Kepedean lu. Keka cintanya ma gw aja.”
Uruha: “BERISIK!!! Apa2an tuh poto jaman jahiliyah pake diekspos sgala!!!” *gak terima*
Reita: “Sadarlah Uru kalo tampangmu dulunya emang gak enak.”
Uruha: *sambit Reita pake kolor ijo*
Keka: *cuek* “Tulis fanfic lagi ah~”

0 komentar:

Posting Komentar

the GazettE - Pledge

the GazettE - Shiver

Mad$hip - SuG PV full

the GazettE - PLEDGE live

the GazettE - RED live

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Sweet Tomatoes Printable Coupons